kasus yang dihadapi LANSIA
0
KASUS YANG DIHADAPI
ORANG DEWASA
DISUSUN OLEH :
ZARUL RAISA : 150213087
SIDDIQ ANNAWAWI :
150213070
REHULINA MANIK :
150213073
NORSOFEA ASHIKIN :
234154
JURUSAN BIMBINGAN DAN
KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI AR-RANIRY
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi
Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini sanjungan keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan kepada alam
yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang dapat kita rasakan sekarang
ini.
Dengan izin Allah SWT beserta berkat bantuan semua
pihak, penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada seluruh orang yang telah membimbing dan
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah yang bertemakan “KASUS YANG DIHADAPI OLEH DEWASA”
Dalam penulisan makalah ini penulis juga menyadari
bahwa masih banyak kekurangan, baik dalam segi isi maupun dari isi
penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mohon saran dan kritikan yang dapat
membangun untuk penyempurnaan makalah ini dan sebagai pembelajaran untuk
perbaikan dimasa yang akan datang atau dalam kesempatan berikutnya.
Dan akhirnya kepada Allahlah penulis serahkan
semuanya, semoga kebaikan dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis
selama ini mendapat balasan yang seetimpal dari Allah SWT,Amin Ya Rabbal’Alamin.
Banda Aceh, 3 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..........................................................................................
i
DAFTAR
ISI........................................................................................................
ii
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.............................................................................................
1
B. Manfaat
Penulisan.......................................................................................
1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pembagian
Masa Dewasa............................................................................
2
B. Permasalahan
Orang Dewasa, Permasalahan Karir, Kehidupan Keluarga dan Monopouse 5
C. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Dengan
Kelurga Pasangan 11
D. Menopause
dan Klikmateri.......................................................................... 18
E. Faktor-Faktor
Dari Kasus Yang Dihadapi Dari Dewasa............................. 21
F. Cara
Untuk Mengatasi Kasus Yang Dihadapi Oleh Dewasa………………22
BAB
III : PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 24
DAFTAR
PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk istimewa yang dicipitakan
tuhan karena memiliki akal budi. Melalui akal budi manusia dapat hidup sesuai
dengan apa yang ada tempat dimana dia hidup. Perkembangan yang dialami manusia
menjadikan dia matang dalamm menjalani kehidupan. Dewasa awal adalah masa
pemula dimana seseorang mulai menjalani hubungan secara intim dengan lawan
jenis. Hurlock (1993) mengemukakan beberapa karakeristik dewasa awal dan pada
salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian
diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.
B.
MANFAAT
PENULISAN
Mengetahui berbagai pengertian dewasa awal dari
beberapa ahli, serta mengetahui cirri-ciri perkembangan dewasa awal.
KASUS YANG DIHADAPI PADA MASA DEWASA
A. Pembagian Masa Dewasa
Masa
dewasa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Masa
dewasa awal ( masa dewasa dini/young
adult)
Dewasa
awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan
pencarian indentitas diri, pada masa dewasa awal, indentitas diri ini di
dapatkan sedikit demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental age-nya.
Berbagai masalah muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Sebagai
kelanjutan masa remaja, sehingga cirri-ciri masa remaja tidak jauh beda dengan
perembangan remaja. Masa perubahan nilai. Beberapa alas an terjadinya perubahan
nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima pada kelompok orang
dewasa, kelompok-kelompok social dan ekonomi orang dewasa. Lingkungan kampus
merupakan lingkungan kedua bagi para remaja setelah lingkungan keluarga. Dimana
kampus sebagai wahana pendidikan dan pembinaan formal diperlukan untuk
memperhatikan kebutuhan para mahasiswa sebagai individu yang sedang mengalami
transisi dari masa remaja akhir menuju ke masa dewasa awal.
a. Kasus
yang ada pada masa dewasa
Dengan
bertambahnya usia, semakin bertambahpula kasus-kasus yang terjadi. Tidak dapat
dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal mengalami kasus-kasus.
Antara lain:
·
Penentuan identitas
diri ideal vs kekaburan identitas. Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa
remaja. Peemuan identitas diri adalah hal yang harus ada masa ini. Jika masa
ini bermasalah, kemungkinan akan mengalami kekaburan identitas.
·
Kemandirian vs ketidak
mandirian
·
Sukses meniti jenjang
pendidikan dan karir vs gagal menempuh jenjang pendidikan dan karir
·
Menikah vs tidak
menikah
·
Hubungan social yang
sehat vs menarik diri
Dalam
menjalani masa dewasa awal, ada beberapa penghambat diantaranya :
·
Latihan yang tidak
berkesinanbungan (discontinuities); penghambat penguasaan berhubungan erat
dengan pengalaman belajar
·
Perlindungan yang
berlebihan (over protectiveness); bersangkutan dengan pola asuh orang tua yang
pernah dialami dalam masa kanak-kanak
·
Inspirasi-inspirasi
yang tidak realitis
2. Masa
dewasa madya (middle adulthood)
Banyak
dari para dewasa madya mengalami kecemasan fisik yang pada akhirnya akan
mengganggu masa relasi dengan pasangannya. Baik itu fisik juga mengalami
penaikan dan penurunan selama periode ni.
a. Kasus
yang dihadapi pada masa dewasa madya
Ø Menurunya
kesehatan , dengan menurunnya kesehatan fisik dan kesehatan. Pertengahan 40_an
tahun ada peningkatan ketidakmampuan yang berlangsung cepat, seperti mudah
lelah, telinga mendengung, sakit otot, dan lain sebagainya.
Ø Menurunnya
fungsi fusiologis, terjadinya perubahan organ tubuh bagian luar seiring dengan
perubahan organ-organ dalam tubuh.
Ø Menurunnya
daya seksual, sejauh ini penyesuaian fisik yang sangat sulit dilakukan dewasa
madya adalah perubahan kemampuan seks.
Ø Menurunnya
kemampuan indra, terutama pada penglihatan, fungsi pendengaran dan daya
penciuman
3. Masa
dewasa akhir (masa tua/ older adult)
Pada
masa ini bagi pria memasuki periode ditandai dengan memasuki fase klimakterium,
sedangkan pada wanita ditandai dengan fase menopause. Ketidakseimbangan
psikologis berdampak pada tergantungnya keseimbangan pada tergantungnya
keseimbangan emosi, seperti stress dan depresi.
a. Kasus
yang dihadapi pada masa dewasa akhir
Ø Berurangnya
tingkat metabolisme dan menurunnya kekuatan otot-otot
Ø Kecerdasan
dan kemampuan berfikir mengalami penurunan
Ø Memasuki
masa tua, sebagian besar lansia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa
lansia tersebut. Sehingga menyebabkan para lansia kurang dapat menyesuaikan
diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (widyastuti,2000).
Ø Kelumpuhan
pada lansia , badan mebungkuk seiring menimbulkan keterasingan.
B. Efek
pada pribadi, lingkungan, dan social.
a. Pada
masa dewasa awal
·
Pribadi : jika individu
mengalami kesulitan pada masa pengenalan identitas maka individu tersebut akan
mengalami kesulitan atau masalah dalam perkembangannya.
·
Lingkungan : pada masa
ini individu sukar berkenalan dan beradaptasi dengn lingkungan , bila pada diri
individu tidak mampu mengenal atau membilah mana yang benar maka individu akan
mengalami kegagalan dalam lingkungan
·
Social : begitu juga
dengan social, individu harus belajar untuk beraktifitas dengan social atau
berinteraksi. Membangun kerja sama
b. Pada
masa dewasa madya
·
Pribadi : mungkin
individu mengalami kesedihan dan ketakutan akan menurunnya relasi dengan
pasanganya
·
Lingkungan : mulai
timbul rasa malu atau minder dikarenakan menurunnya kekuatan atau kekencangan
fisik yang mulai lemah
·
Social : tidak terlalu
dapat berkemunikasi dengan baik dan mulai menurunnya kinerja
c. Pada
masa dewasa akhir
·
Pribadi : sulit
menerima keadaan fisik yang sudah menua
·
Lingkungan : tidak
dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar dikarenakan otot-otot tubuh sudah
melemah
·
Social : sulit untuk
memahami sekitar , pengetahuan ulit untuk di informasikan
B. PERMASALAHAN ORANG DEWASA, PERMASALAHAN KARIER,
KEHIDUPAN KELUARGA DAN MENOPAUSE
Diantara sekian banyak tugas
perkembangan orang dewasa yakni tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan dan
hidup keluarga merupakan tugas yang sangat banyak, sangat penting, dan sangat
sulit diatasi. Bahkan sekalipun orang dewasa telah mempunyai pengalaman kerja,
telah kawin, dan telah menjadi orang tua (bapak dan ibu), mereka masih tetap
harus melakukan penyesuaian diri dengan peran-peran tersebut.
Tugas perkembangan lainnya dari masa
dewasa, menemukan kelompok sosial yang cocok, menyesuaikan diri dengan
perubahan dalam rekreasi yang diperlukan pola hidup orang dewasa dan mengambil
tanggung jawab sipil.
Penyesuaian peranan seks merupakan
dasar bagi penyesuaian pekerjaan, yang sama dengan penyesuaian perkawinan.
Contohnya, seorang laki-laki tidak dapat puas dengan pekerjaan yang bersifat
“maskulin” yang dipilihnya karena tekanan orang tua atau sosial bila ia
sebenarnya berminat pada pekerjaan yang bersifat “feminim”. Ketidakpuasan kerja
tidak terbatas pada jenis bidang pekerjaan itu, ketidakpuasan itu talah umum
dan mewarnai setiap bidang kehidupan seseorang.
Wanita yang terbiasa selama hari
sekolah dan kuliah memainkan peran yang sama berlakunya (baik untuk pria maupun
wanita) dengan teman-temannya, mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri
dengan perlakuan yang mereka terima dalam industri, bisnis, dan profesi.
Memainkan peran yang direndahkan sebagai orang dewasa, setelah memainkan peran
berdasarkan kesamaan(egalitarian) dengan teman sebayanya, menjadikan mereka
lebih sulit dalam menyesuaikan dirinya terhadap pekerjaannya daripada
seandainya ia memainkan peran yang dipandang rendah sebelumnya.
Kemudian, masalah yang paling
penting adalah kenyataan bahwa keberhasilan atau kegagalan melakukan
penyesuaian diri akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan yang erat hubungannya
dengan prestise dilihat dari sudut pandang orang lain, konsep diri sebagai
individu, kebahagiaan, dan juga pengaruh pada setiap anggota keluarganya.
Karena alasan tersebut aspek-aspek tersebut dengan tepat dianggap sebagai
proses penting dalam penyesuaian diri terhadap masa dewasa.
1. PERMASALAHAN
DALAM PENYESUAIAN PEKERJAAN
Dari berbagai bidang dalam menyesuaikan bakat dan
minat bagi orang dewasa seyogyanya selaras dengan berbagai kriteria di bawah
ini, yang dianggap sebagai faktor yang sangat penting dan umum dalam
penyesuaian pekerjaan.
a. Pilihan pekerjaan
Penyesuaian pertama yang dianggap pokok adalah
memilih bidang yang cocok dengan bakat, minat dan faktor psikologis lainnya
yang secara hakiki sulit untuk dipungkiri agar kesehatan mental dan fisiknya
sebagai orang dewasa dapat terjaga. Karena banyaknya kasus dalam memilih bidang
kerja yang tidak cocok dengan bakat dan minat (suara hati kecil) tetapi dipilih
karena besarnya pengaruh sosial yang ada, justru menimbulkan ketidakpuasan
terhadap hasil karyanya, tidak merasa mencintai tugasnya dan akhirnya prestasi
kerja sangat menurun. Sehubungan dengan itu maka beberapa orang dewasa telah
menentukan pilihannya jauh-jauh hari sebelum mereka bekerja, sehingga jauh-jauh
hari pula mereka melatih diri sesuai dengan prasyarat yang diperlukan untuk
jenis tugas yang mereka anggap cocok dengan minat dan bakatnya.
Faktor-faktor yang menyulitkan pilihan pekerjaan :
1. Jumlah
dan jenis pekerjaan yang berbeda yang akan dipilihnya terus bertambah
2. Tuntutan
perubahan kebutuhan yang begitu cepat akan keterampilan dan pengetahuan.
3. Tingkat
fleksibilitas waktu kerja yang rendah
4. Adanya
pandangan mengenai pekerjaan tertentu misalkan perawat hanya untuk wanita atau
tugas kedirgantaraan hanya untuk pria.
5. Adanya
pekerjaan yang tidak menyenangkan.
6. Adanya
pekerjaan yang banyak disukai
7. Pekerjaan
yang kurang jaminan keamanannya
8. Pendidikan
dan pelatihan tidak memenuhi syarat
b.
Stabilitas Pilihan Pekerjaan
Penyesuaian kedua yang dianggap penting bagi orang
dewasa muda adalah pilihan jurusan harus dilakukan dengan mantap. Cara ini
tidak selalu diklakukan dengan baik oleh pria ataupun wanita untuk dapat
berpindah pekerjaan, berharap bekerja pada usia duapuluhan bahkan kadang sampai
usia tigapuluhan. Bagaimanapun juga kalau perubahan jenis pekerjaan sebagai
karier dilakukan pada saat seseorang menjelang akhir usia tigapuluhan, maka
tindakan ini dianggap terlambat. Anggapan ini diperkuat oleh pendapat Gould.
Ini merupakan bukti bahwa karier khusus tertentu memerlukan pelatihan khusus.
Oleh karena itu seseorang perlu secara khusus mengikuti pelatihan dengan cara
meningkatkan tugasnya untuk sementara.
Seberapa jauh tingkat kemantapan pemilihan jurusan
bagi seseorang bergantung pada tiga faktor, yaitu
1. Pengalaman kerja
2. Daya tarik pribadi terhadap pekerjaan
3. Nilai yang terkandung pada pekerjaan yang
dipilih.
Usia seseorang juga bisa
mempengaruhi stabilitas dalam memilih pekerjaan, semakin bertambah usianya maka
semakin stabil ia untuk memilih pekerjaan.
c. Penyesuaian Diri dengan Pekerjaan
Faktor yang paling mempengaruhi
proses penyesuaian diri seseorang dengan pekerjaannya adalah sikap pekerja itu
sendiri. Havighurst, dalam studinya tentang sikap pekerja terhadap pekerjaannya
menyimpulakan bahwa ia dapat dikelompokan menjadi dua kategori umum, yaitu
a. sikap kerja yang menopang masyarakat (society
maintaining work attitude)
Pekerja yang bersikap menopang masyarakat dalam pada
dirinya kurang atau tidak berminat akan kerjanya dan hanya memperoleh sedikit
kepuasan kerja. Tipe pekerja semacam ini adalah orang yang mementingkan
besarnya gaji yang diterima. Orang seperti ini seringkali memandang
pekerjaannya sebagai beban yang berat dan tidak menyenangkan dan memandang hari
depan hanya agar dapat menjalani masa pensiun.
b. Sikap kerja yang melibatkan ego (ego involving
work attitude)
Para pekerja yang dalam bekerja melibatkan ego,
biasanya memperoleh kepuasan pribadi yang lebih besar. Bagi beberapa orang,
bekerja merupakan dasar harga diri dan kebanggaan. Bagi sejumlah orang lainnya
bekerja dianggap sebagai prestise yang diperoleh, tempat untuk melakukan
partisipasi sosial, atau sebagai sumber kesenangan instrinsik atau merupakan
ekspresi dari pribadi yang kreatif dan juga merupakan cara memanfaatkan waktu
dengan cara rutin yang menyenangkan.
d. Penilaian terhadap
Penyesuaian Pekerjaan
Sampai sejauh mana
keberhasilan seseorang menyesuaikan diri terhadap pekerjaan yang dipilihnya
dapat dinilai dengan 3 kriteria yaitu :
Kriteria pertama adalah prestasi
kerja, dimana keinginan untuk maju dan berhasil bagi kaum remaja sangat
besar yang biasanya terus dibawa sampai masa dewasanya. Pada waktu usia madya
perjalanan mencapai sukses sering dialihkan untuk memperoleh perasaan aman,
lebih berarti dibandingkan meniti karier ke jenjang yang lebih tinggi.
Kriteria kedua adalah Perubahan
Pekerjaan dengan sukarela atau jumlah perubahan perubahan yang dilakukan
seseorang terhadap bidang kejuruannya atau pekerjaannya. Jumlah ini dapat
digunakan sebagai kriteria atau indikator kegagalan atau keberhasilan seseorang
dalam menyesuaikan dirinya dengan jurusan dan bidang yang ditekuni selama ini.
Kriteria ketiga dalam penyesuaian
bidang kerja adalah tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan. Pada
awal usia duapuluhan, sebagian besar orang sudah merasa senang kalau memperoleh
pekerjaan, walapun pekerjaan tersebut tidak seluruhnya menyenangkan dan
disukainya, sebab pekerjaan ini telah memberinya kebebasan yang diinginkan
sehingga memungkinkannya untuk menikah. Rasa tidak puas biasanya mulai terjadi
selama pertengahan usia duapuluhan sampai menjelang usia tigapuluhan, terutama
ketika orang muda tidak dapat menanjak secepat yang mereka harapkan. Periode
ini biasanya berakhir sampai usia awal sampai pertengahan tigapuluhan, setelah
masa ini biasanya rasa puas mereka meningkat sebagai hasil dari prestasi besar
yang dicapai dan imbalan keuangan yang semakin besar
2.
PERMASALAHAN DALAM KEHIDUPAN KELUARGA
Kondisi yang
Mempengaruhi terhadap Kesulitan Dalam Penyesuaian Pernikahan
Pernikahan Dini
Pernikahan
dan kedudukan sebagai orangtua sebelum orang muda menyelesaikan pendidikan
mereka dan secara ekonomis independen membuat mereka tidak mempunyai kesempatan
untuk mempunyai pengalaman yang dimiliki oleh teman-teman yang tidak menikah
atau orang-orang yang mandiri sebelum menikah. Konsep yang tidak Realistis
tentang Pernikahan
Orang
dewasa yang bekerja di sekolah dan perguruan tinggi, dengan sedikit / tanpa
pengalaman kerja, cenderung mempunyai konsep yang tidak realistis tentang makna
pernikahan berkenaan dengan pekerjaan, pembelajaan uang, atau perubahan dalam
pola hidup. Pendekatan yang tidak realistis ini menuju ke arah kesulitan
penyesuaian yang serius yang sering diakhiri dengan perceraian.
Pernikahan Campur
Penyesuaian
terhadap kedudukan sebagai orang tua dan dengan para saudara dari pihak istri
dan sebaliknya,jauh lebih sulit dalam pernikahan antar agama daripada bila
kedanya berasal dari latar belakang budaya yang sama.
Konsep Pernikahan yang
Romantis
Banyak
orang dewasa yang mempunyai konsep pernikahan yang romantis yang berkembang
pada masa remaja. Harapan yang berlebihan tentang tujuan dan hasil pernikahan
sering membawa kekecewaan yang menambah kesulitan terhadap tugas dan tanggung jawab
pernikahan.
Kurangnya
Identitas
Apabila seseorang merasa bahwa keluarga, teman, dan rekannya
memperlakukannya sebagai “ suami ” atau apabila wanita merasa bahwa kelompok
sosial menganggap dirinya hanya sebagai “ ibu rumah tangga ”, walaupun dia
seorang wanita karier yang berhasil, ia bisa saja kehilangan identitas diri
sebagai individu yang sangat dijunjung dan dinilai tinggi sebelum pernikahan.
Penyesuaian dengan
pasangan
Masalah
penyesuaian yang paling pokok yang pertama kali dihadapi oleh keluarga baru
adalah penyesuaian terhadap pasangannya ( istri atau suaminya).
Hubungan interpersonal memainkan peran yang penting dalam pernikahan yang pentingnya sama dengan hubungan persahabatan dan hubungan bisnis. Bagaimana juga dalam kasus pernikahan hubungan interpersonal jauh lebih sulit untuk disesuaikan daripada dalam kehidupan bisnis sebab dalam perkawinan terdapat keruwetan oleh berbagai faktor yang tidak biasa timbul dalam bidang kehidupan individual.
Hubungan interpersonal memainkan peran yang penting dalam pernikahan yang pentingnya sama dengan hubungan persahabatan dan hubungan bisnis. Bagaimana juga dalam kasus pernikahan hubungan interpersonal jauh lebih sulit untuk disesuaikan daripada dalam kehidupan bisnis sebab dalam perkawinan terdapat keruwetan oleh berbagai faktor yang tidak biasa timbul dalam bidang kehidupan individual.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan
pihak keluarga pasangan
• Stereotipe tradisional
• Stereotipe tradisional
Stereotipe yang secara
luas diterima mengenai “ibu mertua yang representati” dapat menimbulkan
perangkat mental yang tidak menyenangkan bahkan sebelum pernikahan. Stereotipe
yang tidak menyenangkan mengenai orang usia lanjut – mereka itu adalah bossy
dan campur tangan – dapat menambah masalah bagi keluarga pasangan.
• Keinginan
untuk mandiri
Orang yang
menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan ptunjuk dari orangtua mereka,
walaupun menerima bantuan keuangan, dan khususnya mereka menolak campur tangan
dari keluarga pasangan.
•
Keluargaisme
Penyesuaian dalam
pernikahan akan lebih pelik apabila salah satu pasangan tersebut menggunakan
lebih banyak waktunya terhadap keluarganya daripada mereka sendiri ingin
berikan. Bila pasangan terpengaruh oleh keluarga; apabila seorang anggota
keluarga berkunjung dalam waktu yang lama atau hidup dengan mereka untuk
seterusnya.
• Mobilitas sosial
• Mobilitas sosial
Orang dewasa muda yang
status sosialnya meningkat di atas anggota keluarga atau di atas status
keluarga pasangannya mungkin saja tetap membawa mereka dalam latar belakangnya.
Banyak orangtua dan anggota-anggota keluarga sering bermusuhan dengan pasangan
muda.
• Anggota keluarga berusia lanjut
Merawat
anggota keluarga berusia lanjut merupakan faktor yang sangat pelik dalam
penyesuaian penikahan sekarang karena sikap yang tidak menyenangkan terhadap
orangtua dan keyakinan bahwa orang muda harus bebas dari urusan keluarga
khususnya bila dia juga mempunyai anak.
•
Bantuan keuangan untuk keluarga pasangan
Bila pasangan muda
harus membantu atau memikul tanggungjawab bantuan keuangan bagi pihak keluarga
pasangan, hal itu sering membawa hubungan keluarga yang tidak beres. Hal ini
dikarenakan anggota keluarga pasangan dibantu keuangannya, marah dan tersingung
dengan tujuan agar diperoleh bantuan tersebut.
Penyesuaian Diri
terhadap Masa Keorangtuaan
Masa
orangtua (parenthood) merupakan kriteria terpenting dalam pengalihan dari
tanggungjawab individual ke tanggungjawab kedewasaan. Status sebagai orangtua
tidak dapat diragukan lagi tentu dilakukan dengan banyak mengorbankan
kebahagiaan dan kepuasan sehingga diartikan sebagai “masa krisis” karena
memerlukan banyak perubahan perilaku, nilai dan peranan.
Dengan
lahirnya seorang anak, keluarga terkadang bingung dan semua anggota keluarga
juga mengalami stress dalam variasi tingkat yang berbeda. Walaupun kehadiran
setiap anak dalam keluarga merupakan situasi krisis, tetapi yang paling
mengecewakan adalah saat lahirnya anak pertama, karena dalam beberapa hal kedua
orangtua anak merasa belum mampu berperan sebagai orangtua. Dalam beberapa hal
mereka masih dipengaruhi oleh konsep orangtua yang romantis.
Sukarela untuk
Tidak Punya Anak
Walaupun
ada kepercayaan tradisional bahwa setiap wanita seyogyanya menjadi ibu,
sekarang ini banyak pasangan wanita secara sukarela untuk tidak mempunyai anak.
Kenyataan ini memang benar pada semua tingkat sosial-ekonomi, terutama mereka
yang mempunyai pendidikan lebih tinggi dan lebih baik.
Orang
dewasa memang mempunyai banyak alasan untuk tidak mempunyai anak, salah satu
alasan penting adalah pengembangan karier yang mereka duga akan terganggu oleh
anak-anak, ketidaksediaan untuk membangun hidup bahagia yang mereka bangun
untuk mereka, pernikahan antar suku atau antar agama yang diyakini akan
terhalang oleh anak-anak atau ketakutan pendapatan merka tidak akan pernah
cukup untuk berbagi kesenangan dengan anak-anak mereka.
Masa Orangtua dengan Satu Pasangan
Sementara
selalu ada keluarga dengan satu pasangan ketika salah satu pasangan meninggal
dan pasangan lainnya tinggal sendiri untuk memelihara anak-anaknya atau yang
kita kenal dengan istilah “Single Parent”, jumlah keluarga dengan satu
orangtua semakin meningkat akhir-akhir ini. Penyebabnya yaitu lebih banyak keluarga
dengan satu orangtua disebabkan oleh perceraian daripada karena kematian,
kedua, meningkatnya jumlah anak yang tidak syah secara hukum yang dipelihara
oleh orangtua pengadopsi.
Kriteria Penyesuaian
Pernikahan
Keberhasilan pernikahan tercermin besar kecilnya
hubungan interpersonal dan pola perilaku. Sampai sejauh tertentu kriteria ini
bervariasi bagi orang yang berbeda dan bagi pernikahan pada usia yang berbeda,
unsur-unsur ini dapat digunakan untuk menilai tingkat penyesuaian pernikahan
seseorang.
Kriteria
keberhasilan penyesuaian pernikahan :
1. Kebahagiaan
suami istri
Suami dan istri yang bahagia yang memperoleh
kebahagian bersama akan membuahkan kepuasan yang di peroleh dari peran yang
meraka mainkan bersama. Mereka juga mempunyai cinta yang matang dan mantap satu
dengan yang lainnya, dapat melakukan penyesuaian seksual dengan baik serta
dapat menerima peran sebagai orang tua.
2. Hubungan
yang baik antara anak dan orang tua
3. Penyesuaian
yang baik dari anak-anak
4. Kemampuan
untuk mendapat kepuasan dari perbedaan pendapat
Perbedaan pendapat diantara anggota
keluarga yang tidak bisa dielakan biasanya berakhir dengan salah satu dari tiga
kemungkinan, yaitu adanya ketegangan tanpa pemecahan, salah satu mengalah demi
perdamaian, atau masing-masinga anggota keluarga mencoba untuk saling mengerti
pandangan dan pendapat orang lain.
5. Kebersamaan
6. Penyesuaian
yang baik dalam masalah keuangan
Bagaimanapun besarnya pendapatan keluarga perlu
mempelajari cara membelanjakan pendapatannya sehingga mereka dapat menghindari
utang yang selalu melilitnya agar disamping itu mereka dapat menikmati kepuasan
atas usahanya dengan cara yang sebaik-baiknya, daripada menjadi seorang istri
yang selalu mengeluh karena pendapatan suaminya tidak memadai.
7. Penyesuaian
yang baik dari pihak keluarga pasangan
Apabila suami istri mempunyai hubungan yang baik
dengan pihak keluarga pasangan, khususnya mertua, ipar laki-laki dan ipar
perempuan, kecil kemungkinanya untuk terjadi mpercekcokan dan ketegangan
hubungan dengan mereka.
Penyesuian Diri Terhadap
Kesendirian
Masa dewasa merupakan masa kesepian saat dimana
penyesuaian radikal harus dilakuakan dalam setiap bidang kehidupan, banyak
orang dewasa merasa bahwa perkawinan akan menolongnya untuk melakukan
penyesuaian tersebut. Kenyataan yang pasti bahwa dalam suatu budaya yang
didalamnya perkawinan merupakan pola yang normal bagi kehidupan orang dewasa.
Selama usia dua puluhan, tujuan dari sebagian besar wanita yang belum menikah
adalah perkawinan. Apabila dia belum juga menikah pada waktu dia telah mencapai
usia tiga puluh atau persis pada hari ulang tahunnya yang ke tiga puluh, mereka
cenderung untuk menukar tujuan dan nilai hidupnya ke arah nilai dan tujuan
serta gaya hidup baru yang berorientasi pada pekerjaan, kesuksesan dalam
karier, dan kesenangan pribadi.
Alasan Untuk Membujang
Kebanyakan orang yang tidak menikah, mempunyai
alasan-alasan yang kuat untuk tetap membujang. Beberapa dari alasan tersebut
adalah faktor lingkungan, dan beberapa lagi karena faktor pribadi.
Alasan-alasan orang dewasa muda tidak mau menikah:
1. Penampilan
seks yang tidak tepat dan tidak menarik.
2. Cacat
fisik atau penyakit lama.
3. Sering
gagal dalam mencari pasangan.
4. Tidak
mau memikul tanggungjawab pernikahan dan orang tua.
5. Keinginan
untuk meniti karier yang menuntut kerja lama dan jam kerja tanpa batas dan
banyak bepergian.
6. Tidak
seimbangnya jumlah anggota masyarakat pria dan wanita di masyarakat dimana ia
tinggal.
7. Jarang
memiliki kesempatan untuk berjumpa dan berkumpul dengan lawan jenis yang
dianggap cocok dan sepadan.
8. Karena
mempunyai tanggungjawab keuangan dan waktu untuk orang tua dan
saudara-saudaranya.
9. Kekecewaan
yang pernal dialami karena kehidupan
keluaraga yang tidak bahagia pada masa lalu dan pengalaman pernikahan yang
tidak membahagiakan yang dialami oleh temannya.
10. Mudahnya
fasilitas untuk melakukan hubungan seksual tanpa menikah.
11. Besarnya
kesempatan untuk meningkatkan jenjang karier.
12. Mempunyai
kepercayaan bahwa mobilitas social akan lebih mudah diperoleh apabila dalam
keadaan lajang daripada setelah menikah.
13. Persahabatan
dengan anggota kelompok seks yang sejenis yang begitu kuat dan memuaskan.
14. Homoseksual.
Ada lagi alasan untuk tetap membujang yang
disebabkan oleh pengaruh pengalaman yang sangat kuat, atau kejadian yang
dialami selama masa remaja, tetapi pengaruh ini hanya efektif sama seseorang
berusia dua puluhan setelah itu pengaruh tersebut secara berangsur-angsur mulai
berkurang berubah atua disesuaikan dengan keadaan hidup seseorang.
Efek Hidup Tanpa
Menikah
Tidak semua wanita yang tidak menikah semula
bermaksud untuk terus menjadi “single”. Juga tidak semua wanita bermaksud
membiasakan dirinya single karena kurangnya persahabatan dengan teman yang
berlainan jenis kelamin. Mereka mungkin mencari kegiatan di berbagai kelompok
pelayanan masyarakat dan organisasi social lainnya yang memungkinkan mereka
untuk melakukan komunikasi dengan pria dan wanita.
Untuk menemukan kompensasi yang memuaskan bagi
dorongan seks yang amat kuat selama masa dewasa merupakan masalah yang amat
sulit yang dihadapi orang yang tidak menikah. Pria yang belum menikah biasanya
mencari kepuasan seks dengan melibatkan diri (terikat) baik dengan praktek
outoerotik (autoerotic) maupun dengan cara melakukan hubungan suami istri
dengan wanita panggilan atau dengan pelacur.
Bahaya Perceraian
Perceraian merupakan kulminasi dari penyesuaian
perkawinan yang buruk, dan terjadi bila antara suami dan istri sudah tidak
mampu lagi mencari cara penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah
pihak. Tetapi banyak juga pernikahan yang di akhiri dengan perpisahan dan
pembatalan baik secara hukum maupun dengan diam-diam dan ada juga yang salah
satu (suami/isteri) meninggalkan keluarga. Puncak perpisahan keluarga pada
tahun pertama dalam pernikahan, dan puncak terjadinya perceraian dalam keluarga
adalah pada tahun ke tiga.
Bukti lainnya adalah bahwa penyebab perceraian
berbeda-beda dari suatu periode dalam pernikahan ke periode lainnya. Contohnya,
masalah peminum (pemabuk) hanya menyebabkan 9% kemungkinan terjadinya
perceraian selama tahun pertama pernikahan dan 43% setelah 25 tahun usia
pernikahan. Bagi orang-orang tertentu yang tidak pandai dalam menyesuaikan diri
nampaknya lebih mudah terjadi perceraian.
Kondisi
yang Mempengaruhi Stabilitas Perkawinan
·
Jumlah Anak
Lebih banyak
perceraian terjadi karena pasangan tidak mempunyai anak atau hanya mempunyai
beberapa anak daripada karena pasangan mempunyai banyak anak.
·
Kelas Sosial
Kasus
meninggalkan keluarga lebih banyak terjadi pada kelompok masyarakat kelas
rendah, sedangkan perceraian banyak terjadi pada kelompok masyarakat menengah
ke atas.
·
Kemiripan Latar
Belakang
Perceraian lebih
banyak terjadi antara pasangan yang mempunyai latar belakang kebudayaan, suku,
bangsa, agama dan sosial ekonomi yang berbeda.
·
Saat Menikah
Tingkat
perceraian yang sangat tinggi khusunya terjadi pada orang yang menikah terlalu
dini atau sebelum mempunyai pekerjaan yang menetap dan ekonominya belum kuat.
·
Alasan untuk Menikah
Orang yang
terpaksa menikah karena pasangan wanitanya telah mengandung kemungkinan untuk
bercerai jauh lebih besar daripada pernikahan biasa.
·
Status Ekonomi
Semakin rendah
status ekonomi keluarga, maka semakin besar kemungkinan terjadinya perceraian
atau salah satunya meninggalkan keluarga.
·
Mempertahankan
Identitas
Orang dewasa
yang dapat merawat identitasnya setelah menikah dan yang mempunyai kesempatan
untuk memperbaharui diri, lebih kecil kemungkinannya untuk bercerai daripada
mereka yang kehidupan dirinya sangat dipengaruhi oleh keluarga.
D. MENOPAUSE DAN KLIKMATERIK
Wanita
memasuki masa menopause atau perubahan hidup, dimana masa menstruasi berhenti,
dan mereka kehilangan kemampuan memelihara anak. Sedangkan pria mengalami masa
klimakterik pria.
Menopause
adalah berhentinya secara fisiologis siklus
menstruasi yang berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan.
Seorang wanita yang mengalami menopause alamiah sama sekali tidak dapat
mengetahui apakah saat menstruasi tertentu benar-benar merupakan menstruasinya
yang terakhir sampai satu tahun berlalu. Menopause kadang-kadang disebut
sebagai perubahan kehidupan.
Perubahan
tubuh dan emosi secara umum terjadi pada saat menopause, tetapi tidak selalu
disebabkan atau berhubungan dengan keadaan tersebut. Berhentinya menstruasi
hanya merupakan salah satu aspek dari menopause.
Tanda
tanda wanita yang mengalami menopause
Seorang wanita disebut
memasuki atau mengalami menopause bila yang bersangkutan tidak menstruasi lagi
dalam rentang waktu 12 bulan. Beberapa ahli di bidang menopause memberi ancer
ancer umur antara 45 sampai 55 tahun.
Gejala dan tanda
menopause yang dialami seorang wanita sifatnya sangat individual. Bagi wanita
yang tahan banting, mereka tidak akan terlalu merasakan gejala saat memasuki
masa menopause, sebaliknya yang agak ‘perasa’ akan merasakan keluhan hebat baik
fisik maupun mental. Beberapa tanda dan gejala tersebut antara lain :
Perdarahan
Perdarahan disini adalah perdarahan yang keluar dari vagina. Tidak seperti menstruasi yang datangnya teratur, perdarahan yang terjadi pada wanita menopause tidak teratur. Gejala ini terutama muncul pada saat permulaan menopause. Perdarahan akan muncul beberapa kali dalam rentang beberapa bulan untuk kemudian berhenti sama sekali. Karena munculnya pada masa awal menopause, gejala ini sering disebut gejala peralihan.
Perdarahan disini adalah perdarahan yang keluar dari vagina. Tidak seperti menstruasi yang datangnya teratur, perdarahan yang terjadi pada wanita menopause tidak teratur. Gejala ini terutama muncul pada saat permulaan menopause. Perdarahan akan muncul beberapa kali dalam rentang beberapa bulan untuk kemudian berhenti sama sekali. Karena munculnya pada masa awal menopause, gejala ini sering disebut gejala peralihan.
Rasa panas
Rasa panas sering dialami wanita
yang memasuki masa menopause. Perasaan ini sering dirasakan mulai dari wajah
menyebar ke seluruh tubuh. Rasa panas ini sering disertai dengan warna
kemerahan pada kulit dan berkeringat. Perasaan ini sering terjadi selama 30
detik sampai dengan beberapa menit. Meskipun penjelasan tentang fenomena ini
belum diketahui dengan pasti namun diduga terjadi akibat dari fluktuasi hormon
estrogen. Seperti diketahui, pada saat menopause, kadar hormon estrogen dalam
darah akan anjlok secara tajam sehingga berpengaruh terhadap beberapa fungsi
tubuh yang dikendalikan oleh hormon ini.
Gejala Pada Vagina
Gejala pada vagina muncul akibat dari perubahan yang
terjadi pada lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis
akibat dari penurunan kadar estrogen. Selain itu muncul pula rasa gatal pada
vagina dan yang lebih parah adalah rasa sakit saat berhubungan seksual.
Perubahan pada vagina ini juga mengakibatkan wanita menopause rentan terhadap
infeksi vagina.
Gejala Perkemihan
Perubahan yang terjadi pada
lapisan vagina juga terjadi pada saluran urethra. Urethra adalah saluran yang
menyalurkan air seni dari kandung kemih ke luar tubuh. Saluran urethra juga
akan mengering, menipis dan berkurang keelastisannya akibat dari penurunan
kadar estrogen. Perubahan ini akan menyebabkan wanita menopause rentan terkena
infeksi saluran kencing, selalu ingin kencing dan ngompol.
Gejala Emosional dan Kognitif
Wanita yang akan memasuki masa menopause sering
mengalami gejala emosional dan kognitif yang bervariasi. Gejala ini antara
lain, kelelahan mental, masalah daya ingat, lekas marah, dan perubahan mood
yang berlangsung cepat. Sangat sulit untuk mengetahui gejala yang manakah yang
dipengaruhi oleh perubahan hormon. Perubahan emosional ini terkadang tidak
disadari oleh wanita yang sedang menopause sehingga perlu pendekatan khusus
untuk masalah ini. Pendekatan ini untuk meyakinkan wanita tersebut atas apa
yang sedang diderita. Keringat dingin yang muncul juga memberi kesan kelelahan
fisik akibat dari kurang tidur.
Perubahan Fisik
Perubahan fisik lainnya antara lain perubahan
distribusi lemak tubuh yang mana pada wanita menopause lemak akan menumpuk pada
pinggul dan perut. Perubahan tekstur kulit, kerutan kulit, dan terkadang
disertai dengan jerawat.
Sindrom
Menopause
·
Menstruasi berhenti
·
Sistem Reproduksi
Menurun dan Berhenti
·
Penampilan Kewanitaan
Menurun
·
Ketidaknyamanan Fisik
·
Berat Badan Bertambah
·
Penonjolan
·
Perubahan Kepribadian
Sindrom
Klimakterik Pada Pria
·
Rusaknya Fungsi Organ
Seksual
Setelah usia
lima puluh tahun, terjadi penurunan berangsur-angsur pada aktivitas gonad.
·
Nafsu Seksual Menurun
Menurunnya nafsu
seksual seiring dengan menurunnya fungsi organ seksual. Ini merupakan akibat
dari rusaknya fungsi gonad dan sebagian disebabkan oleh hal-hal yang bersifat
psikologis.
·
Penampilan Kelelakian
Menurun
·
Gelisah akan
Kepriaannya
·
Ketidaknyamanan Fisik
·
Menurunnya Kekuatan dan
Daya Tahan Tubuh
·
Perubahan Kepribadian
E.
FAKTOR
– FAKTOR DARI KASUS YANG DIHADAPI OLEH DEWASA
- POLA ASUHAN ORANG TUA
Pola asuh
orang tua juga dapat mempengaruhi perkembangan anaknya dimasa dewasa awal,
karena pembentukan karakter dan kepribadian dimulai dari lingkungan utama yaitu
keluarga. Bagaimana seorang anak mempelajari segala hal, dimulai dengan pengajaran
dari orang tua atau saudaranya. Pengasuhan orang tua itu sendiri tidak
sepenuhnya mempengaruhi kesuksesan anaknya, karena didikan orang tuanya itu
sebagai pegangan dan prinsip yang dipegang, tetapi yang menjalankan dan
mencapai kesuksesan itu adalah diri kita sendiri. Pendidikan yang diberikan
orang tua sebagai penguat/dasar pandangan hidup kita. Orang tua sebagai
penyemangat dan dorongan dalam mencapai kesuksesan.
- TEMAN SEBAYA
Faktor teman sebaya
juga mempengaruhi pribadi seseorang. Karena menurut psikologi
perkembangan, teman sebaya merupakan no.2 pembawa pengaruh paling besar atas
kepribadian seseorang. Karena mereka banyak menghabiskan waktunya dengan teman
sebayanya. Dalam pergaulan dengan teman sebayanya, disini lah mereka mencari
jati diri dan bagaimana ia bersikap bisa terlihat dalam kelompok pertemanan.
Biasanya orang yang sangat bergantung dengan teman sebaya atau istilahnya hanya
menjadi follower saja, dia tidak bisa
memutuskan sesuatu atas dasar pilihannya, ia cenderung mengikuti bagaimana pola
bermain yang ada dalam kelompok itu. Dalam memecahkan masalah pun, ia bertanya
pada teman sebayanya dan tidak bisa menyelesaikan sendiri.
F.
CARA
UNTUK MENGATASI KASUS YANG DIHADAPI OLEH DEWASA
1.
ORANG
TUA PERLU MENGGUNAKAN GAYA POLA ASUHAN
Setiap orang tua memiliki pola asuhan masing-masing
yang dapat memberi pengaruh kepada perkembangan diri anak-anak pada masa
dewasa. Terdapat lima gaya pola asuh iaitu pola asuh otoriter, pola asuh
demokratis, pola asuh temporizer (kekerasan) , pola asuh appeasers (khawatir),
dan pola asuh permisif. Pemilihan gaya polah asuh oleh orang tua dapat
mempengaruhi seseorang itu bisa menentukan identitas diri, bisa mandiri dan
sosial bersama teman sebaya.
2.
MEMILIH
TEMAN SEBAYA YANG SESUAI
Dalam perkembangan sosial, teman sebaya sangatlah
berperan penting supaya setiap orang itu dapat bersosialisasi dengan baik dan
agar perkembangan dewasanya dapat berkembang dengan baik dan tidak berlaku
keterasingan sosial.
3.
LINGKUNGAN
SEKITAR
Lingkungan sekitar juga meliputi bagian dari perkembangan dewasa. Dimana
lingkungan menjadi peran penting dalam penyesuaian indentitas diri pada dewasa.
4.
PRIBADI
Menjaga kesehatan diri sendiri adalah hal penting dari semua bidang,
karena bila kesehatan itu terganggu maka akan mengganggu aktifitas lainnya. Ada
baiknya bila dalam setiap individu menanamkan rasa peduli terhadap kesehatan
baik itu luar dan dalam.
0 komentar: